Pemuda
dalam Naungan
Islam
Masa
muda merupakan masa keemasan bagi manusia. Karna pada masa ini manusia memiliki kekuatan dan semangat yang tinggi serta sangat menggelora. Ini merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah Swt sehingga harus di manfaatkan sebaik-baiknya. Nikmat ini juga yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah Swt di akherat kelak. Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi:
““Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa
mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”
Namun
masa muda memiliki banyak sekali cobaan, banyak godaan yang menghadang dan anak muda sangat mudah untuk terjerumus ke jalan yang salah.Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia mengalami keguncangan dalam hidup dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut.
Di
sinilah agama islam sangat berperan penting, agama islam memberi tuntunan pada anak muda agar tidak terjerumus pada jalan yang salah. Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda.
Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah pondasi yang menopang masa depan umat ini.
Karena
itulah, banyak ayat Al-Quran dan Al-Hadits yang menyuruh kita untuk membina pemuda, agar mereka memilikia aqidah yang lurus dan akhlak yang mulia. Jika pemuda baik, maka insyaAllah Negara dan agama juga akan menjadi baik, karna penopang paling kuat adalah pemuda.
Pemuda
sendiri di janjikan oleh Allah naunngan yang pada hari kiamat tidak ada naungan yang dapat menaung kecuali naungan Allah, seperti dalam hadits Rasulullah Saw: “Ada
tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (H.R. al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no.
1031).
Allah
juga menyukai pemuda yang tidak menurutkan hawa nafsunya, seperti dalam hadits: “Sesungguhnya Allah Ta’ala
benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”(H. R. Ahmad (2/263), ath-Thabrani
dalam “al-Mu’jamul kabir” (17/309)
Maksud
dari shabwah
adalah pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
Inilah
sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala
dan pandai mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala
anugrahkan kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-saat tarikan nafsu sedang kuat-kuatnya menjerat seorang manusia. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala
memberikan balasan pahala dan keutamaan besar baginya.
Bimbingan
Islam untuk meluruskan akhlak para pemuda.
Syaikh
Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab (yang
mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam, karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan besar pada fisik, pikiran dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena itulah, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu dan pengarahan yang bijaksana untuk menuntun ke jalan yang lurus”
Kemudian syaikh al-‘Utsaimin menjelaskan sebab-sebab yang harus ditempuh untuk memperbaiki ahklak para pemuda berdasarkan petunjuk agama Islam,
di antaranya adalah:
1.
Memanfaatkan
waktu secara maksimal
Waktu
luang bisa menjadi penyakit yang membinasakan pikiran, akal dan potensi fisik manusia, karena diri manusia harus beraktifitas dan berbuat. Jika diri manusia tidak beraktifitas maka pikirannya akan beku, akalnya akan buntu dan aktifitas dirinya akan lemah, sehingga hatinya akan dikuasai bisikan-bisikan pemikiran buruk, yang terkadang akan melahirkan keinginan-keinginan buruk…
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada
dua nikmat (dari Allah Ta’ala)
yang kurang diperhatikan
oleh banyak manusia (yaitu) kesehatan dan waktu luang” (H. R. al-Bukhari (no. 6049).
Untuk
mengatasi hal ini, hendaknya seorang pemuda berupaya (untuk mengisi waktu luangnya) dengan kegiatan yang cocok (dan bermanfaat) untuknya, seperti membaca, menulis, berwiraswasta atau kegiatan lainnya, untuk menghindari kekosongan aktifitas dirinya, dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berbuat (kebaikan) untuk dirinya dan orang lain.
2.
Memilih
Teman Bergaul yang Baik
Hal
ini sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para pemuda. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”. (H.R. Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no.
2378) dan al-Hakim (4/189)
Dalam
hadits lain, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya”. ( H.R. al-Bukhari (no. 5214) dan Muslim (no.
2628).
Hadits
yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang
baik akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka, sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang
buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. (Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (16/178) dan
“Faidhul Qadiir”
(3/4).
Oleh
karena itu, hendaknya seorang pemuda berusaha mencari teman bergaul orang-orang yang baik
dan shaleh serta berakal, agar dia bisa mengambil manfaat dari kebaikan, keshalehan dan akalnya. Maka hendaknya seorang pemuda menimbang keadaan orang-orang yang akan dijadikan teman bergaulnya, dengan meneliti keadaan dan akhlak mereka.
3.
Memilih
Sumber Bacaan yang Baik dan Bermanfaat
Sebaiknya
pemuda menghindari untuk membaca bacaan yang kurang bermanfaat seperti status medsos yang tidak jelas, buku yang tidak membawa faedah, dan sebagainya. Dan di ganti dengan buku-buku yang menambah wawasan semakin luas dan membawa kebaikan baik untuk dunia dan akherat.
Sumber
bacaan bermanfaat yang
paling penting adalah
al-Qur’an dan kitab-kitab
tafsir yang berisi riwayat-riwayat tafsir yang shahih dan penafsiran akal yang benar. Demikian juga hadits-hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama ahlus sunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.
Muhammad Syahid