Tak dipungkiri sebagai manusia, ada banyak hal yang kadang kita lupa bersyukur dengan hidup ini. Berapa jam
dalam sehari anda menyempatkan waktu untuk beribadah dan berkomunikasi dengan
Tuhan..? berapa persen penghasilan yang anda sisihkan untuk sedekah ..?
Ya, dari dua pertanyaan itu menunjukkan karakter kita yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk urusan dunia daripada akhirat. Kita seolah olah menjadi
makhluk yang begitu sibuk, bahkan untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Tuhan
saja, kita harus menyempatkannya.
Kita seolah manusia pelit, bahkan untuk
akhirat kita justru menyedekahkan harta yang tersisih. Tidak adakah waktu
yang spesial untuk dekat dengan Tuhan, mengapa tidak kita hitung sebanyak
banyaknya harta yang akan di sedekahkan. Bukankah tuhan tidak pernah pelit
terhadap kita, memberikan waktu, jatah
usia manusia dan masih banyak kesempatan lain.
Tuhan itu maha adil, tetapi mengapa
kita tidak adil kepada-Nya, ketika ada sms masuk kita bergegas untuk membaca
dan membalas, tetapi mengapa ketika Tuhan memanggil – manggil untuk
menghadap-Nya. kita berani menunda – nundanya ..?? ketika bos memanggil, betapa takutnya kita sehingga dengan cepat kita menghadapnya, namun ketika
panggilan adzan berkumandang, betapa berani dan lamanya kita mengahadapNya.
Bertahun tahun begitu mudah
kita habiskan usia untuk memuaskan nafsu – nafsu. Bertahun bertahun begitu
mudah kita mengumbar semua keinginan, Tetapi mengapa untuk berpuasa beberapa
hari saja terlalu banyak mengungkap keluh, mengapa untuk menahan diri
beberapa saat kita lebih banyak menghiba.
Ketidaktenangan jiwa sering
kali karena kita tidak pernah berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan penghasilan, jabatan, kendaraan, rumah, merek tas, pakaian
bahkan popularitas dengan orang lain. Akhirnya jutaan karunia yang Tuhan
hadiahkan untuk kita hanya berlalu begitu saja tanpa rasa syukur.
Betapa banyak dari kita yang
ketika bangun tidur yang kita pegang pertama kali melihat handphone, melihat
apakah ada telpon masuk atau pesan yang harus segera dibalas. Betapa banyak
dari kita yang saat baru membuka mata pertama kali di lihat adalah media social, membaca status status yang belum tentu kita butuhkan.
Begitu sibuk dengan urusan
dunia membuat kita lupa mensyukuri karunia Tuhan yang telah menghidupkan
kembali ketika bangun tidur, Tak sempat kita meraba kedua tangan, meraba
kedua kaki, mengetes penglihatan dan dan mengucap hamdallah karena masih
mempunyai organ tubuh yang komplit. Padahal itulah yang mesti dilakukan
ketika bangun tidur di pagi hari.
Dalam buku Tuhan maaf kami
sedang sibuk tulisan Akhmad Rifa’I Rif’an ini ada beberapa langkah yang bisa
kita pelajari dan kita praktekkan, agar keimanan semakin bertambah tanpa lupa
bersyukur meski dalam keadaan sesibuk apapun.