Resensi Buku: Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk

Ahmad Sidik

 
Tak dipungkiri sebagai manusia, ada banyak hal yang kadang kita lupa bersyukur dengan hidup ini. Berapa jam dalam sehari anda menyempatkan waktu untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Tuhan..? berapa persen penghasilan yang anda sisihkan untuk sedekah ..?
 
 
Ya, dari dua pertanyaan itu menunjukkan karakter kita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk urusan dunia daripada akhirat. Kita seolah olah menjadi makhluk yang begitu sibuk, bahkan untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Tuhan saja, kita harus menyempatkannya.
 
 
Kita seolah manusia pelit, bahkan untuk akhirat kita justru menyedekahkan harta yang tersisih. Tidak adakah waktu yang spesial untuk dekat dengan Tuhan, mengapa tidak kita hitung sebanyak banyaknya harta yang akan di sedekahkan. Bukankah tuhan tidak pernah pelit terhadap kita, memberikan waktu, jatah usia manusia dan masih banyak kesempatan lain.
 

Tuhan itu maha adil, tetapi mengapa kita tidak adil kepada-Nya, ketika ada sms masuk kita bergegas untuk membaca dan membalas, tetapi mengapa ketika Tuhan memanggil – manggil untuk menghadap-Nya. kita berani menunda – nundanya ..?? ketika bos memanggil, betapa takutnya kita sehingga dengan cepat kita menghadapnya, namun ketika panggilan adzan berkumandang, betapa berani dan lamanya kita mengahadapNya.


Bertahun tahun begitu mudah kita habiskan usia untuk memuaskan nafsu – nafsu. Bertahun bertahun begitu mudah kita mengumbar semua keinginan, Tetapi mengapa untuk berpuasa beberapa hari saja terlalu banyak mengungkap keluh, mengapa untuk menahan diri beberapa saat kita lebih banyak menghiba.
 

Ketidaktenangan jiwa sering kali karena kita tidak pernah berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan penghasilan, jabatan, kendaraan, rumah, merek tas, pakaian bahkan popularitas dengan orang lain. Akhirnya jutaan karunia yang Tuhan hadiahkan untuk kita hanya berlalu begitu saja tanpa rasa syukur.
 

Betapa banyak dari kita yang ketika bangun tidur yang kita pegang pertama kali melihat handphone, melihat apakah ada telpon masuk atau pesan yang harus segera dibalas. Betapa banyak dari kita yang saat baru membuka mata pertama kali di lihat adalah media social, membaca status status yang belum tentu kita butuhkan.
 

Begitu sibuk dengan urusan dunia membuat kita lupa mensyukuri karunia Tuhan yang telah menghidupkan kembali ketika bangun tidur, Tak sempat kita meraba kedua tangan, meraba kedua kaki, mengetes penglihatan dan dan mengucap hamdallah karena masih mempunyai organ tubuh yang komplit. Padahal itulah yang mesti dilakukan ketika bangun tidur di pagi hari.
 
 
Dalam buku Tuhan maaf kami sedang sibuk tulisan Akhmad Rifa’I Rif’an ini ada beberapa langkah yang bisa kita pelajari dan kita praktekkan, agar keimanan semakin bertambah tanpa lupa bersyukur meski dalam keadaan sesibuk apapun.