-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hukum dalam Kacamata Sosiologi

Monday, 30 May 2016 | May 30, 2016 WIB | 0 Views Last Updated 2020-01-20T14:07:10Z


ARTIKEL oleh Faturrahman
Hukum dalam Kacamata Sosiologi
Bicara tentang hukum layaknya kita membahas masalah tata cara memasak nasi (secara manual). Kompor, panci, sendok nasi, air serta beras merupakan peralatan wajib yang harus kita punyai. Pengalaman diri sendiri ataupun pengalaman orang lain ialah sebagai aturan baku untuk memasak nasi. Dan apabila segala atribut dan kemampuan telah memadai maka akan sangat memungkinkan kita untuk menghasilkan tanakan nasi jempolan.
Kita perlu atribut guna mencapai sebuah cita-cita. Sekolah yang layak, rumah sakit yang menjamin, serta lapangan pekerjaan yang memadai ialah sebuah atribut awal untuk menuai cita-cita Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu mensejahterakan masyarakat. Kemudian teladan yang baik dan benar dari aparat pemerintahan ialah merupakan pengalaman, kita masyarakat Indonesia perlu manusia yang memberi contoh dan penggugah inspirasi. Bahwasanya “manusia yang mengajak itu pasaran tapi dia yang memberi contoh itu langka”. Bagaimana kita mau baik jika aparatnya buruk. Bagaimana nasi mau matang jika katanya memasak Cuma 15 menit. Yang jelas, ini membahas pengalaman dari seorang teladan, bukan sekedar percobaan sia-sia dan ujar-ujaran sembarang.
“Aparat pemerintah juga manusia!” inilah bentuk kata-kata perlawanan dari aparatur sendiri. Jika aparat mengemukakan hal seperti itu maka jangan salahkan masyarakatnya yang tak tertib. Bukan tanpa alasan, masyarakat hanya mencontoh, membandingkan lalu menerapkan. Sehingga munculah statement dari masyarakat yang biasa terhendus di telinga kita “aparatnya saja seperti itu** bagaimana rakyatnya mau seperti ini**”.
Kita kembali ke nasi, nasi enak ialah cita-cita semua pe-masak. Rakyat sejahtera ialah cita-cita setiap negara. Atribut seperti panci, kompor, beras dan sebagainya harus dimiliki setiap pe-masak,  jika salah satu saja tak ada maka akan terjadi ke-tidaksesuaian. Pendidikan mudah, rumah sakit mudah namun lapangan pekerjaan menipis, maka tak menutup kemungkinan terjadi kriminalitas. Pengalaman diri sendiri sebelumnya serta pengalaman dari orang ahli ialah sebagainya pengajaran dihari kemudian, kekhilafan yang menjadi alasan seumpama tak kembali terulang dan menerima masukan dari seorang pahlawan hukum di era lalu dijadikan pengajaran, maka kita akan mendapati sosok penanak nasi jempolan di seluruh penjuru aspek, bidang ataupun daerah.
Lantas, terserah mau bagian mana yang lebih dulu kita raih antara atribut memasak dan pengalaman. Fasilitas yang ‘ditelurkan’ dulu atau biarkan ‘anak ayam’ berkelana mencari jati dirinya, agar kelak banyak menuai ilmu lalu melanjutkan generasi selanjutnya.

×
Berita Terbaru Update