Novel
Penari dari Serdang ini menceritakan tentang kisah cinta segitiga yang memicu
konflik dua orang penari dengan beban sejarah masa silam dan masa datang. Harapan dan kepedihan mereka bersatu padu dengan kegelisahan etnis Melayu di
Sumatera Timur yang tengah berjuang untuk mendapatkan kembali tanah ulayat mereka, demi kebangkitan marwah bangsa Melayu di zaman modern.
Kisah
ini dimulai ketika perheletan nasional lomba aneka cabang seni tingkat Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang digelar dikota Medan. Bagus Burhan, seorang
wartawan dan sastrawan nasional bersama empat orang temannya dari Jakarta diundang sebagai anggota juri salah satu lomba dari aneka cabang
lomba seni tersebut. Bagus harus rela meninggalkan istrinya, Mia dan
kedua orang anaknya selama kurang lebih satu minggu untuk berada dikota Medan, kota yang baru pertama kali di kunjungi oleh Bagus. Ketika dia menginjakkan
kaki di Medan dan menggambarkan betapa carut-marutnya tata kelola acara lomba yang
menyebabkan banyak peserta yang tampak kelelehan di loby hotel. Di loby hotel
itulah Bagus, bertemu dengan Putri Chaya, seorang penari dari serdang nan
cantik rupawan yang menjerat hati Bagus.
Pertemuan
singkat itu, tak hanya mampu membuat Bagus dimabuk kepayang, namun juga membuka
matanya soal sepotong sejarah Melayu yang tersingkirkan oleh sejarah, baik oleh penduduk sekitar dan juga tak
dianggap oleh Pemerintah Pusat. Tak hanya bertemu Putri Chaya, Bagus juga bersua dengan Tengku Natashya, perempuan menawan keturunan bangsawan sekaligus pegiat kebudayaan melayu. Bagus tak bisa menampik ketika dua perempuan itu sama-sama memberinya cinta. Hatinya dipenuhi kebahagiaan. Dahaganya terpuaskan, Namun di Jakarta, dia
telah dinanti Mia, istri beserta dua anaknya. Ke manakah hatinya akan
disandarkan? Cinta milik siapa yang harus Bagus perjuangkan?
Novel
ini bukan hanya semata kisah tentang seorang wartawan tersohor yang sudah
memiliki istri dan dua anak. terpincut dengan penari dari Serdang kemudian
memiliki hubungan lain dengan para tokoh budayawan di sana. Tak melulu soal
asmara, novel ini juga memberikan informasi dan pengetahuan tentang sejarah
kota medan / budaya melayu serta keanekaragaman yang dimiliki oleh orang melayu. Seperti Perpustakaan Sultan Muda Perkasa. Perpustakaan yang isinya
merupakan buku-buku karya Sultan Muda Perkasa yang menjadi rujukan penting bagi
studi kebudayaan Melayu. Semua koleksinya tersebut disumbangkan untuk
masyarakat melalui perpustakaan keluarga.
Sobat, bagi kalian yang ingin membaca tentang
kebudayaan Melayu dengan cara yang ringan dan tidak terkesan menggurui hingga
membuat penasaran, serta dibumbui dengan cerita asmara cinta segitiga, Maka Novel
ini bisa dijadikan referensi bacaan ringan namun informatif untuk kalian.
Sumber: SmartfmBanjarmasin