-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Teror Misterius Saat Naik Gunung Cikuray Part 1

Monday, 13 July 2020 | July 13, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-07-22T16:00:57Z
Author by Xaverius Endro

Disadur dari Kejadian Nyata Saat Mendaki Kegunung Cikuray.

Aku meluruskan kaki di bangku warung kecil itu, lalu kukeluarkan botol minum dari tas Cariel. Perjalanan 9 jam naik motor membuat pinggang udah pegel duluan sebelum naik gunung. Aku melihat sekeliling di sekitar pos (stasiun pemancar), dan hanya warung ini saja yang buka ternyata, padahal ini hari minggu. Awan lalu menyuruhku untuk cek-cek perbekalan, dan menanyakan adakah yang mau dibeli di warung ini untuk perbekalan. 

Yup..kami sudah membawa bekal dan sudah dimasukkan ke tas, tapi Awan memang selalu menanyakan perbekalan untuk sekedar memastikan, dia Trauma waktu naik G. Rinjani kehabisan bekal saat turun lewat Plawangan Senaru hanya emut saos dari mie....sungguh pengalaman seru di Rinjani sebenarnya waktu itu. Aku lalu bilang...aman kok, udah semua, paling kita beli air lagi aja. Dia lalu minum kopinya dan beranjak keliling di sekitar pos.

Waktu sudah jam 5 sore...tak kulihat pendaki lain di pos ini, dan sangat sepi...tapi cuaca sangat cerah dengan bias2 cahaya sunset yang indah sore itu. Aku lalu bertanya sama ibu warung, “Ibu...ko sepi pendaki ya bu? Ibu itu lalu menjawab dengan logat Sunda “Iyahh...engga tau juga neng, kemarin yang rame mah, udah turun tadi siang. Emangnya ga ada yang naik bu hari ini? Atau siang tadi mungkin? “Kalau yang sya lihat sih ga ada kayanya” jawabnya.

Awan lalu datang bareng seorang bapak-bapak, sepertinya penjaga pos. Awan berkata “Ini pak...saya bareng berdua aja sama temen saya”. Bapak itu “kalian pacaran atau udah nikah” Jawab Awan “Maaf pak belum”...xixi...dalam hati kecilku kapan nglamarnya? Bapak itu lalu bilang “kalian yakin mau naik sore2 begini?” “Yakin pak” Jawab Awan.

Bapak itu lalu bilang “Ya Bapak sih sarankan, mendingan kalian menginap saja di bawah, di pos sana atau di warung ini, besok pagi baru naik, ini udah malam”. Jawab Awan “Maaf pak..kami dari Tangerang hanya libur 2 hari, rencananya sih..sekarang naik, dan besok pulang lagi..karena besoknya kerja lagi Pak”. “Owh gitu, ya yang penting kalian jaga lisan dan jangan buang sampah sembarangan ya, dan hati-hati..udah malam, kalau capek istiharat atau buka tenda di POS pemberhentian” ucap bapak itu. “Baik Pak” jawab Awan.
*********
Lihat postingan ini di Instagram

Selengkapnya di SidikBlogspot. Link ada di bio

Sebuah kiriman dibagikan oleh Siddik.Blogspot (@ahmedsidik.blogspot) pada


Kami lalu berkemas dan beranjak beberapa meter dari warung.

Setelah itu, Awan bilang “Stop...berhenti dulu, kita doa dulu semoga diberi keselamatan dalam pendakian” Kami lalu berdoa masing-masing karena berbeda keyakinan. Setelah berdoa, lalu kami jalan pelan setapak demi setapak, kulihat waktu itu jam 17:30. Awan lalu bilang, “santai aja jalannya, kalau capek bilang”. Hmm...tetep aja, 1 minggu terakhir aku digojlok lari tiap hari 40 menit tanpa henti, udah capek duluan kemarin-kemarin.

“Hahaha...itu resep dari aku kalau mau naik gunung, bakalan enteng kamu naiknya” Jawabnya. Iya...setiap kali kami mau naik gunung, 1 minggu sebelumnya memang lari tiap sore, dan itu memang terbukti dalam setiap pendakian...xixi jadi ingat lagi waktu nanjak Semeru di pasir sebelum puncak, dia terseok-seok jam 5 subuh sebelum sunrise, aku yang duluan beberapa meter. Kembali ke cerita ini, tak selang beberapa waktu,

Azan Maghrib berkumandang, lalu Awan mengajak berhenti “Kita istirahat dulu, lagi Maghrib...sekalian siapkan lampu senternya ya”. Aku lalu duduk melihat sekeliling, terlihat hamparan Kebun Teh yang hijau denga gradasi langit yang indah banget, terlihat desa-desa dibawah sana denga angin yang sedikit kencang.

15 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan dan ini saatnya sudah mulai gelap, terlihat Rimbunan Hutan Pinus didepan kami. “Eh..Senja, aku didepan, kamu dibelakang ya...banyakin ngomong aja, cerita ngalor-ngidul...pokoknya jangan diem”. “Kenapa emangnya” tanyaku. “Ya kamu lihat sendiri...ga ada pendaki yang naik atau turun, supaya ga sepi aja, kan aku juga jadi tau kamu ada dibelakangku” jawabnya. “Iya eh..kok ga ada yang lewat sih”. “Yah...mungkin karena ini malem Senin, jadinya sepi..kalau mau rame ya Sabtu-Minggu” jawabnya. Nyalain musik aja dari HP kata Awan, aku lalu memutar musik di Hp dengan volume agak besar supaya terdengar oleh Awan nanti ketika dia di depan.

Kami lalu memasuki Hutan Pinus itu dengan suara khas suara Hutan Pinus dan jangkrik. Aku tarik nafas panjang lalu berusaha setenang mungkin. Awan lalu nyeplos “Kalu lihat sesuatu...diem aja, ga usah cerita-cerita ke aku”. “Iyaaahhh”....jawabku. Aku yang Indigo dari kecil, bisa melihat mereka yang sudah ga ada, dan dari situ..aku sudah terbiasa dengan penampakan-penampakan yang ada.

Sampailah kami di Pos 1, disini ada yang memanggil namaku lirih dari arah sebelah kanan, aku menoleh kekanan..lalu terlihat seperti bayangan hitam seperti kakek tua. Lalu suaranya terdengar lirih...Senja...berhentilah, ajak temenmu itu turun sekarang. “Hah...?” spontan aku menjawab...Awan yang didepan lalu berhenti, “Kenapa” katanya. “Engga...gpp, ga istirahat dulu kah kita Awan?” jawabku. 

“Hm..tumben kamu loyo, baru sebentar udah minta istirahata” kata Awan. “Ye...tau ndiri...dari tadi ga ada bonus...nanjak terosss, mana akar semua lagi” jawabku. “Eits...ingat ga boleh ngeluh” kata Awan. “Hehehe..iya lupa”. Kami duduk di pinggir jalur pendakian sebelah kiri, kulihat lagi sekeliling mencari sosok bayangan tadi, tapi tak terlihat.

Siapakah Sosok itu....
*********
Bersambung Part 2.
×
Berita Terbaru Update