Teror Misterius Saat Naik Gunung Cikuray Part 2 (The End)

Ahmad Sidik
Kami duduk di pinggir jalur pendakian sebelah kiri, kulihat lagi sekeliling mencari sosok bayangan tadi, tapi tak terlihat. Awan melihat hpnya dan aku tau apa yang ia lihat di HP, yup...Awan selalu memberi tanda di Hpnya, titik2 pos, jalur pendakian lewat mode Satelit dan Google Earth. Aku lalu mendekat dan ikut melihat, terlihat jelas kanan kiri sepanjang jalur ini adalah jurang, kita berjalan di punggungan gunung.


Seketika aku kaget seperti ada yang teriak dari arah jurang sebelah kanan. “Awan...kamu denger ga, kayanya ada yang minta tolong deh”. “Udah...ayo jalan, mulai deh kamu, aku ga denger apa-apa”. Awan lalu berdiri dan ajak jalan, tapi aku denger dengan jelas suara cewek teriak minta tolong dari arah kanan. Lampu senter di kepalaku lalu kedip2. “Awan..bentar...bateraiku kayanya mau habis deh”. “Habis gmn, baru semua baterainya, ini punyaku aja masih bagus, sini kucek”.

Saat Awan copot lampunya, ada suara orang jalan kaki. Lalu muncul 2 pendaki tanpa lampu datang, “permisi bang” katanya sambil lewat dengan muka datar, 1 pendaki yang di belakang matanya melirik ke aku. Awan lalu bilang, “Iya silahkan, naik berdua aj bang? kok ga pakai senter?istirahat dulu bang, naik bareng” tanyanya Awan... Tapi 2 pendaki itu lewat begitu aja, kulihat keduanya pakai celana cargo, dan semua serba hitam lengkap dengan tas dan topinya. “Wah untung ada yang naik, ada temen kita”. Aku udah merasa aneh dengan 2 pendaki itu, auranya bukan seperti manusia, tapi aku diem aja supaya Awan ga panik.

Lalu senter kembali nyala, Awan lalu mengajak bergegas untuk jalan menyusul 2 pendaki tadi, tapi kubilang “Ga usah buru2 gih, pasti udah jauh 2 orang tadi”. “Apaan..orang baru lewat, klo kita cepet pasti ketemu” kata Awan. Awan jalan didepan dengan cepat dan aku tertinggal sekitar 5 langkah. Ini pendakian pertama aku sama Awan naik malam-malam, dan ini Gunung treknya nanjak terus deh, ga ada yang datar, akar-akar pohon semua...pengen istirahat rasanya. Tiba-tiba Awan berhenti. Kulihat dia tarik nafas panjang yang dalam, kecapekan nih pasti. “Kenapa kok berhenti?” tanyaku. “Hmmmm...ini baunya wangi banget deh, cium ga kamu.........hmmmm...sumpah ini wangi banget, ini wewangian yang paling wangi selama aku hidup, ini wangi apaan ya...hm wangi banget dah” kata Awan. “Wangi apaan....Udah kamu berhenti tarik nafas gitu, ayo jalan” ucapku. “Tunggu bentar Senja, ini wangi apaa sih...duh wanginya, tau ga sih kamu...wangi sesuatu, tapi bukan bau parfum, buka bau bunga atau apa...ini seperti wangi cewek yang habis mandi yang bersih banget...ini wangi banget sumpah” bilang Awan lagi.

Lalu aku menoleh ke sebelah kanan...berdiri sesosok wanita seperti Ratu berdiri dengan senyum berjalan pelan ke arah Awan, kulihat Awan juga berjalan ke arah kanan. Ga mungkin banget ada Ratu disini, sepertinya Awan tidak melihatnya, dia hanya mencium wanginya. Aku lalu menarik tangan Awan...”udah ayokkk jalan, mauy kemana kamu jalan kesitu”. “Haaah...apaan?” katanya. Kutarik tangannya sambil berjalan.

Kulihat wanita itu melotot tajam, matanya terbelalak melihatku, aku tak hiraukan lalu melihat jalan didepan. Kali ini aku berjalan sangat cepat didepan Awan, aku ga mau aja terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Awan lalu bertanya “wangi apaan ya tadi?”. “Ga ada wewangian ya, yang ada kamu tadi jalan kerah jurang tau, bukannya kamu tau dari Maps klo kekanan ke arah jurang?”. Iyakah?...aku cm mau hirup wangian tadi lho. “Udah ga usah dibahas, ga ada” jawabku. Akhirnya kami sampai di pos 2. Awan megambil botol mingumnya, lalu minum.

Kami atur nafas supaya normal lagi. Kulihat waktu sekitar jam 8 malam. Lalu aku tanya ke Awan “Masih berapa lama lagikah, ada berapa POS?”. “Katanya sih ada 7 pos dah, 5jam nanjak klo ga salah estimasi waktunya” jawab Awan. “7 Pos? Kita ke pos 1 aja hampir 3 jam”...”Iya yak..laper ga kamu? Mau makan?” tanya Awan. “Engga...ga laper, haus aja, minta madunya donk” aku minta madu saset ke Awan.

Awan merogoh tas luarnya lalu mengambil madu saset itu..”Ini...jangan buang sembarangan kalau udah habis, masukin ke sakumu atau kantong tasku aja nanti” kata Awan. “Ini kita kok berada disini terus yak kayanya di Maps..bukannya kita udah jalan jauh” kata Awan. Begh...dalam hati, ini kita diputer-puterin pasti. “Awan, coba kamu cek lagi deh Mapsnya...sekarang ga usah di masukin Hpnya....nyalain aja terus sambil lihat Maps” ucapku. “iya...ayo jalan lagi..semangat” katanya.

Kami lalu berjalan diiringi suara angin yang kencang, gemuruh angin dan suara kayu yang bersinggungan ditambah cuaca yang dingin, membuat merinding kali ini. Tiba-tiba..ada sosok wanita rambut panjang setengah badan, mukanya pucat hanya terlihat setengah, berlumur darah dengan baju putih tanpa kaki, aku berhenti, melihatnya dengan jelas disebelah kiri Awan...mengikutinya dibelakang Awan..lalu berada di atas pundaknya. Awan berhenti, membenarkan tasnya yang agak turun, mengencangkan tali tas di pinggangnya, lalu menoleh ke belakang. “Senja...kenapa berhenti disitu? capek”...ternyata Awan tidak melihat sosok wanita yang ada di pundaknya, padahal aku melihatnya dengan jelas. “Senja...hayokkk..cepetan malah diem aja...Jalan”.

Aku lalu berjalan pelan, Awanpun jalan pelan tertatih sambil menaruh tangannya dibelakang tepat dibawah tasnya, mungkin maksutnya supaya tidak terlalu berat menggendong tas dan sosok wanita itu. Dalam hati aku berkata “Siapa kamu? Maaf tidak bermaksut mengganggu...tapi tolong jangan di atas Awan, kasihan dia keberatan bebannya. “Diaaamm kamu...” jawab sosok wanita itu. “Apa salah kami, kami kesini hanya mau naik gunung ini, tidak berniat mengganggu”. “Diam saja kamu bocah, kenapa kalian naik malam-malam, kalian naik malam mengganggu kami saja”.

Kami tidak mengganggu, hanya naik bermalam diatas, setelah matahari terbit kami lalu pulang lagi. “Heh..bocah...suara musikmu menggangu” dengan nada tinggi. Seketika aku bergegas ambil Hp dalam saku, lalu matikan musiknya. Kulihat sosok wanita tadi menghilang dan Awan menggerakkan kepala...krek..krek...krek...bunyi tulang2nya, dia kewalahan berhenti lalu sambil membungkuk. “Ini tas berat amat...isi singkong, sama buah-buahan berapa kilo sih?’ tanyanya. Dalam hati..berat bukan karena isi tasmu, tapi kamu gendong setan tadi. Lalu.....Betapa kagetnya aku...soksok wanita itu keluar tepat didepan mukaku. “Diammmm kau BOOOOOCAAAAAHHHH....”.
****
Aku jatuh terpeleset dijalur trek yang miring itu...terguling jatuh ke bawah lalu tersangkut di bawah pohon. Awan yang melihatku mau lari turun menolongku tapi tidak jadi (berhenti)...kini dia melihat sosok wanita itu...lalu diam tak gerak. Sosok wanita itu...”Kamu bocah....jaga ucapan dan lisanmu”...kudengar suara seorang kakek dari arah belakang “Pergi kamu...jangan ganggu mereka”...lalu sosok wanita itu menghilang. Kutoleh kebelakang...bayangan hitam pergi begitu saja. Awan yang diam melihatku lalu menaruh tasnya dan lari turun kebawah, untung aku masih di jalur trek pendakian dan tersangkut pohon.

Awan lalu menolongku... “Kamu gapapa Senja? Apa itu tadi?”. “Kita harusnya matikan musiknya, mengganggu mereka katanya”jawabku. “Duh..iya matikan saja, ayo berdiri, sini tasmu biar kegendong, kamu bisa jalan?”. “Iya bisa” jawabku. “Kamu istirahat dulu deh”. Engga usah..jalan lagi aja, supaya kita lebih cepat sampai. “Beneran gpp?” tanya Awan. “iyaa...ayo..sini tasku”. “Kamu didepan deh, supaya aku aku bisa ikuti ritme kamu” kata Awan. Kami lalu melanjutkan perjalanan dan aku didepan, rasanya pengen berhenti sebenarnya, tapi aku ga mau digangguin lagi di tempat ini, pengen balik udah tanggung. Kami lalu sampai di Pos 2, kata Awan...klo mau istirahat, istirahat disini...kalau tetep jalan nanti istirahat di Pos 4. “Jalan aja deh” kubilang...Kulihat waktu sudah jam 9 malam, kabut tebal muncul perlahan..akuhanya berharap asal jangan hujan aja.

Sepanjang perjalanan kami kehabisan obrolan, seketika diam tanpa suara, hanya suara langkah kami saja yang terdengar...angin juga berhenti. Aku yang didepan hanya mengikuti jalur yang sedikit terlihat karena kabut. Capek pun aku tahan, laperpun aku tahan, paling sesekali hanya minum air putih. Aku lalu bilang ke Awan “kita istirahat di Pos 3 aja deh”. Spontan Awan menjawab “Engga..jangan disitu..di Pos 4 aja”. “Kenapa” tanyaku.

Sebelum berangkat..aku tanya temen, kalau mau naik Cikuray apa aja pantangannya, dia menjawab...asal jangan Camp di Pos 3 sama Pos 6, aku tanya kenapa dia ga jawab. Katanya lewat aja klo di pos itu. Aku mendengar hal itu, menjadi was-was lagi didepan nanti karena kami menuju Pos 3. Kabut tebal pun perlahan menghilang dan mulai sedikit terlihat bintang-bintang dilangit..meski sesekali tertutup. Sampailah kami di Pos 3...ini yang dibilang Awan tadi, kulihat areanya malah tempat yang cocok untuk istirahat, tempatnya datar...ada 1 pondok kecil untuk berteduh, dan bebatuan untuk duduk. Tapi kami memang untuk jalan terus, meski aku sudah capek.

Kulihat Awan pindah posisi, dia dengan cepat menjadi didepan...antah apa yang membuatnya didepan, aku juga tidak bertanya. Setelah Pos 3, jalur pendakian kemiringannya semakin menjadi, dengkul ketemu dengkul, dengan tanjakan-tanjakannya yang lumayan menguras tenaga. Ketika Awan didepan, kulihat di belakang rimbunnya pohon-pohon ada bola mata yang melihat kami. Lalu bilang ke Awan, “Awan...jangan lurus, belok kanan kiri deh”. “Kenapa” tanya Awan. “Belok saja Awan”...Tanpa menyanggah Awan lalu belok ke kiri meski jalur itu lurus.

Kulihat kedua mata itu masih melihat melotot tanpa ada muka dan bayangan, aku menundukkan kepala mngikuti Awan dan kembali ke jalur Trek. Awan lalu jalan cepat kembali, sepertinya dia merasakan hal yang sama..hanya tidak melihat. Tak terasa sudah jam 11 malam, sudah 5 jam lebih kami jalan kaki, sedangkan Pos 4 saja belum kami lewati. Lalu kami dikagetkan suara seperti Auman Harimau dengan suara yang sangat keras, kami panik...tapi Awan bilang, “Diam Senja...jangan lari...jangan gerak”...kami diam tak gerak dengan menoleh pun tidak, kami fokus dari arah suara tadi di depan sebelah kiri.

Awan lalu bicara pelan “Senja, kalau ini Harimau beneran, dan dia keluar...kamu taruh tasmu lalu kamu lari duluan kebawah, apapun yang terjadi kamu turun kebawah, jangan arah kanan atau kiri karena jurang”...disini aku menjadi bingung apa yang harus dilakukan jika bener-bener ini Harimau keluar. Aku melihat kedua mata tadi, tapi tidak ada gerakan sama sekali, kami diam sekitar 5menitan, dalam hati..apakah ini Harimau beneran atau Harimau penunggu sini.... lalu Awan bilang “Kita jalan pelan ke arah atas tapi sedikit kekanan, jalan pelan saja, jangan lari”.

Awan yang jalan duluan dan aku mengikutinya dari belakang, pelan-pelan...ritme langkah Awan semakin cepat ketika kami sudah agak jauh dari suara tadi, Awan lalu menyuruhku jalan didepan. “Jalan cepat saja, jangan berhenti”...akupun didepan bergegas sambil sesekali menoleh ke belakang..dengan pikiran was-was takutnya ada beneran Harimau muncul dari belakang.

Tak sadar..kami berlari meskipun itu tanjakan, kami lupa dengan lelah kami dan sampai di Pos 5. Awan menaruh tasnya, dan duduk ditengah jalur pendakian. Aku juga duduk minum sisa air dalam botol. “Awan kita mau camp disini saja kah?” tanyaku. “Engga...kita Camp di pos terakhir” sautnya. Padahal aku tau dia juga kelelahan. Ga pakai lama setelah minum, Awan mengajak jalan lagi. “Daripada kenapa-kenapa disini, ayo jalan lagi...aku gatau beneran Harimau atau bukan tadi, kita anggap aja itu Harimau beneran, kita hindari aja”.

Kami lanjut lagi berjalan di tengah malam, waktu sudah lewat jam 12 malem..kini kami menuju Pos 6. Terasa dengkul udah seperti mau lepas, menahan capek. Awan lalu bilang “Ini pelajaran buat kita...naik gunung atau turun gunung itu jangan di malam hari, masih ingat waktu kita turun dari Semeru malam itu, kita muter-muter ga jelas setelah denger bunyi Gamelan, padahal masih di gunung”. “Iya...jangan lagi deh jalan malam, mendingan star pagi,,jadinya sampainya sore...kita terlalu memaksa sih” gumamku. “Kan kita ga tau...udah mepet jg waktunya tadi, kita udah lelah di perjalanan dari rumah 9 jam...gila..kita juga habis kerja malam, belum tidur..ngantuk banget” jawabnya. Kami lalu berjalan, dan kami tiba di Pos 6...pos dimana tidak boleh istirahat atau buka camp.

Tapi kami melihat 1 tenda wana biru di pinggir jalur trek, dibawah pohon. Awan lalu berjalan pelan, mendekati tenda itu dan bertanya...”Selamat malam bang....malam bang”....tidak ada satupun yang menyaut. Kulihat Awan melihat Hpnya...sepertinya dia melihat kembali Mapsnya. Aku lalu bertanya, “masih jauhkah pos 7?”....Awan “Hmm...masih jauh...sekitar 1-2km lagi kayanya”....astaga..aku udah capek banget rasanya. Awan kembali memanggil orang didalam tenda barangkali menyaut...”Bang...kenalin bang...kami dari Tangerang bang, naik berdua....Bang...Bang..”. Tapi tidak ada yang menyaut.

Awan menaruh tasnya..lalu mendekat tenda itu, dia meraba tenda itu meski gelap tanpa penerang. “Senja...ini tenda beneran, kita buka tenda disini aja ya, besok sunrise baru kita naik” kata Awan. “Tapi kan disini Poss....en....” belum selesai aku bicara Awan menyaut “Udah gapapa, ada temen disini...nih tenda, udah..kamu duduk sini dekat Tenda, aku yang dirikan Tenda”. Aku lalu duduk di samping tenda itu dan kulihat Awan mendirikan tenda disampingnya.

Dari tenda sebelah ga ada suara apapaun yg terdengar, dalam hati ada orangnya atau tidak ini. Karena Awan udah yakin, aku juga memberanikan diri disini meski ada pesan larangan buka tenda di Pos 6. Kami lalu masuk tenda, membuat susu panas dan mie rebus dengan lomboknya, enak banget rasanya. Waktu kulihat udah jam 1 lewat 15 menit, Awan bilang suruh segera Tidur supaya jam 4 atau 5 bisa naik ke Puncak. Setelah kami rebahan, lalu terdengar suara perempuan dari luar...”Bang...bang...bisa minta air kah?”.

Awan lalu kembali duduk “Nah kan ada temen dari tenda sebelah, aku keluar dulu kasih minum ya”...aku lalu melanjutkan rebahan dan Awan keluar tenda sambil membawa botol air minum besar. Kudengar obrolan mereka dari dalam. Awan “Ini mbak air minumnya, mbak dari mana?”...Suara perempuan itu “Saya dari Tangerang juga bang”...Awan “wah sama donk..namanya siapa?”, perempuan itu “Reni bang...makasih ya airnya bang”...lalu tak selang beberapa lama...Awan kembali masuk ke Tenda menyalakan alarm jam 4 lalu dia rebahan dan kami tidur dengan alas kasur angin.
****
Setelah kami dibangunkan alaram jam 4, kami lalu siap-siap untuk ke Puncak...bawa bekal sedikit, lalu kami keluar tenda membawa senter dan kamera. Saat kami keluar, kami sadar...sudah tidak ada tenda sebelah. Kami sempat bengong...lalu Awan bilang “Mungkin udah packing..terus ke Puncak duluan kali, ayooo kita ke puncak”. Emang sama siapa dia semalam?’ tanyaku...”Ga tau juga, dia terus pergi masuk tenda lagi”. Kami lalu start ke puncak, perjalanan dari Pos 6 ke Pos 7 malah sedikit lebih landai dibanding dari 1-6, lalu kami menemui beberapa tenda di Pos 7. Alhamdulillah banyak temen, lalu aku nyeplos...tau gitu kita semalam lanjut aja ya disini...ga terlalu jauh juga. “Ya kan kita udah capek banget, masa mau maksain juga, kita juga belum pernah kesini, hanya ngandelin Maps doang” sahut Awan.

Setelah hampir melewati beberapa tenda tadi, kami lihat kerumunan orang di salah satu tenda dengan suara seperti seorang perempuan lagi marah-marah. Lalu Awan bertanya ke orang yang ada disekitar tenda itu “Kenapa bang?”...Jawab orang itu “Gatau mas...kena Hypo atau kerasukan, tapi dia ngoceh2 pake bahasa sunda yang kita juga ga ngerti..padahal dia bukan orang sunda, kena Hypo juga bisa gitu sih ciri-cirinya, tapi dia bukan orang sunda..tersu ngoceh-ngoceh pake bahasa sunda, nagkungaku Eyang siapa gitu”.

Awan “Wah...terus gmn bang? Udah coba penanganan orang kena Hypo belum?” Orang itu “Udah..udah...udah diganti pakaiannya, dipakein baju hangat, dalem tenda udah dinyalakan kompor sambil rebus air, supaya asep rebusan air hangatin tendanya, tapi ya gitu...masih aja ngoceh-ngoceh, ga ngerti ngomong apa, mungkin orang sunda yang tau”. Awan “Tapi dia seperti sadar gitu bang?”... Orang itu “Iya...kelihatannya gitu, makanya kita jagain supaya ga lari atau apa gitu”. Awan “Owh gitu, moga baik-baik aja bang”. Orang itu “Mau Muncak, silahkan...dilanjutkan”. Kami lalu melanjutkan perjalanan dari Pos 7 ke Puncak Cikuray, tidak terlalu jauh...lalu kami menikmati matahari terbit yang suuuupeeeer indah...bareng Awan...melihat pesona diatas awan....akhirnya, lelah kami terbayar. Setelah Awan ambil Foto dan Video, Awan sempat berkeliling puncak, seperti mencari sesuatu..lalu aku tanya “Cari apa?” tanyaku. Aku cari cewek semalam yang dari Tangerang, barangkali ketemua, tapi ga ada...apa dia turun ya? Jawab Awan. Setelah jam 7, kami lalu kembali turun ke Pos 6 tempat tenda kami.

Sesampainya di Pos 6, tenda kami berantakan ga karuan....robek kanan kiri...sepertinya habis diamuk Babi Hutan...beghhh. Kami lalu merapikan kembali sekalian packing jadinya dan jam 10 pagi, kami turun ke Pos 1 yang memakan waktu 2,5 jam, gila...naik hampir 7 jam turun 2 jam...Ketika sampai dibawah, kami ketemu dengan Bapak penjaga Pos dan laporan serta bertanya “Pak...semalam atau tadi pagi ada cewek atau pendaki lain turun?” tanya Awan.

Bapak itu “tidak ada...selama bapak jaga ga ada yang turun, kenapa emangnya mas?”. “Enggapa pak...cuma semalam saya nenda di Pos 6 dan ada satu tenda, lalu ada cewek minta air minum ke tenda kami tengah malam, ya saya kasih..saya tanya namanya Reni dari Tangerang...pas bangun...tendanya sudah ga ada, saya cari pas di puncak juga ga ada” jawab Awan. Bapak itu “Siapa namanya?”. Awan “Reni pak” jawab Awan. “Owh...mungkin dia tinggal disitu mas, gpp” jawab bapak itu. “Maksutnya pak?” tanya Awan. “Beberapa tahun lalu ada pendaki asal Tangerang yang hilang di Pos 6, sampai sekarang belum ketemu mas” jawab bapak itu.

Seketika kami syok...lalu berdoa untuk Reni dan semua orang yang meninggal digunung. Amiiinn...