Kami duduk di pinggir jalur pendakian sebelah kiri, kulihat lagi
sekeliling mencari sosok bayangan tadi, tapi tak terlihat. Awan melihat
hpnya dan aku tau apa yang ia lihat di HP, yup...Awan selalu memberi
tanda di Hpnya, titik2 pos, jalur pendakian lewat mode Satelit dan
Google Earth. Aku lalu mendekat dan ikut melihat, terlihat jelas kanan
kiri sepanjang jalur ini adalah jurang, kita berjalan di punggungan
gunung.
Seketika aku kaget seperti ada yang teriak dari arah jurang
sebelah kanan. “Awan...kamu denger ga, kayanya ada yang minta tolong
deh”. “Udah...ayo jalan, mulai deh kamu, aku ga denger apa-apa”. Awan
lalu berdiri dan ajak jalan, tapi aku denger dengan jelas suara cewek
teriak minta tolong dari arah kanan. Lampu senter di kepalaku lalu
kedip2. “Awan..bentar...bateraiku kayanya mau habis deh”. “Habis gmn,
baru semua baterainya, ini punyaku aja masih bagus, sini kucek”.
Saat
Awan copot lampunya, ada suara orang jalan kaki. Lalu muncul 2 pendaki
tanpa lampu datang, “permisi bang” katanya sambil lewat dengan muka
datar, 1 pendaki yang di belakang matanya melirik ke aku. Awan lalu
bilang, “Iya silahkan, naik berdua aj bang? kok ga pakai
senter?istirahat dulu bang, naik bareng” tanyanya Awan... Tapi 2 pendaki
itu lewat begitu aja, kulihat keduanya pakai celana cargo, dan semua
serba hitam lengkap dengan tas dan topinya. “Wah untung ada yang naik,
ada temen kita”. Aku udah merasa aneh dengan 2 pendaki itu, auranya
bukan seperti manusia, tapi aku diem aja supaya Awan ga panik.
Lalu
senter kembali nyala, Awan lalu mengajak bergegas untuk jalan menyusul 2
pendaki tadi, tapi kubilang “Ga usah buru2 gih, pasti udah jauh 2 orang
tadi”. “Apaan..orang baru lewat, klo kita cepet pasti ketemu” kata
Awan. Awan jalan didepan dengan cepat dan aku tertinggal sekitar 5
langkah. Ini pendakian pertama aku sama Awan naik malam-malam, dan ini
Gunung treknya nanjak terus deh, ga ada yang datar, akar-akar pohon
semua...pengen istirahat rasanya. Tiba-tiba Awan berhenti. Kulihat dia
tarik nafas panjang yang dalam, kecapekan nih pasti. “Kenapa kok
berhenti?” tanyaku. “Hmmmm...ini baunya wangi banget deh, cium ga
kamu.........hmmmm...sumpah ini wangi banget, ini wewangian yang paling
wangi selama aku hidup, ini wangi apaan ya...hm wangi banget dah” kata
Awan. “Wangi apaan....Udah kamu berhenti tarik nafas gitu, ayo jalan”
ucapku. “Tunggu bentar Senja, ini wangi apaa sih...duh wanginya, tau ga
sih kamu...wangi sesuatu, tapi bukan bau parfum, buka bau bunga atau
apa...ini seperti wangi cewek yang habis mandi yang bersih banget...ini
wangi banget sumpah” bilang Awan lagi.
Lalu aku menoleh ke sebelah
kanan...berdiri sesosok wanita seperti Ratu berdiri dengan senyum
berjalan pelan ke arah Awan, kulihat Awan juga berjalan ke arah kanan.
Ga mungkin banget ada Ratu disini, sepertinya Awan tidak melihatnya, dia
hanya mencium wanginya. Aku lalu menarik tangan Awan...”udah ayokkk
jalan, mauy kemana kamu jalan kesitu”. “Haaah...apaan?” katanya. Kutarik
tangannya sambil berjalan.
Kulihat wanita itu melotot tajam, matanya
terbelalak melihatku, aku tak hiraukan lalu melihat jalan didepan. Kali
ini aku berjalan sangat cepat didepan Awan, aku ga mau aja terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan. Awan lalu bertanya “wangi apaan ya
tadi?”. “Ga ada wewangian ya, yang ada kamu tadi jalan kerah jurang tau,
bukannya kamu tau dari Maps klo kekanan ke arah jurang?”. Iyakah?...aku
cm mau hirup wangian tadi lho. “Udah ga usah dibahas, ga ada” jawabku.
Akhirnya kami sampai di pos 2. Awan megambil botol mingumnya, lalu
minum.
Kami atur nafas supaya normal lagi. Kulihat waktu sekitar jam 8
malam. Lalu aku tanya ke Awan “Masih berapa lama lagikah, ada berapa
POS?”. “Katanya sih ada 7 pos dah, 5jam nanjak klo ga salah estimasi
waktunya” jawab Awan. “7 Pos? Kita ke pos 1 aja hampir 3 jam”...”Iya
yak..laper ga kamu? Mau makan?” tanya Awan. “Engga...ga laper, haus aja,
minta madunya donk” aku minta madu saset ke Awan.
Awan merogoh tas
luarnya lalu mengambil madu saset itu..”Ini...jangan buang sembarangan
kalau udah habis, masukin ke sakumu atau kantong tasku aja nanti” kata
Awan. “Ini kita kok berada disini terus yak kayanya di Maps..bukannya
kita udah jalan jauh” kata Awan. Begh...dalam hati, ini kita
diputer-puterin pasti. “Awan, coba kamu cek lagi deh Mapsnya...sekarang
ga usah di masukin Hpnya....nyalain aja terus sambil lihat Maps” ucapku.
“iya...ayo jalan lagi..semangat” katanya.
Kami lalu berjalan diiringi
suara angin yang kencang, gemuruh angin dan suara kayu yang
bersinggungan ditambah cuaca yang dingin, membuat merinding kali ini.
Tiba-tiba..ada sosok wanita rambut panjang setengah badan, mukanya pucat
hanya terlihat setengah, berlumur darah dengan baju putih tanpa kaki,
aku berhenti, melihatnya dengan jelas disebelah kiri Awan...mengikutinya
dibelakang Awan..lalu berada di atas pundaknya. Awan berhenti,
membenarkan tasnya yang agak turun, mengencangkan tali tas di
pinggangnya, lalu menoleh ke belakang. “Senja...kenapa berhenti disitu?
capek”...ternyata Awan tidak melihat sosok wanita yang ada di pundaknya,
padahal aku melihatnya dengan jelas. “Senja...hayokkk..cepetan malah
diem aja...Jalan”.
Aku lalu berjalan pelan, Awanpun jalan pelan tertatih
sambil menaruh tangannya dibelakang tepat dibawah tasnya, mungkin
maksutnya supaya tidak terlalu berat menggendong tas dan sosok wanita
itu. Dalam hati aku berkata “Siapa kamu? Maaf tidak bermaksut
mengganggu...tapi tolong jangan di atas Awan, kasihan dia keberatan
bebannya. “Diaaamm kamu...” jawab sosok wanita itu. “Apa salah kami,
kami kesini hanya mau naik gunung ini, tidak berniat mengganggu”. “Diam
saja kamu bocah, kenapa kalian naik malam-malam, kalian naik malam
mengganggu kami saja”.
Kami tidak mengganggu, hanya naik bermalam
diatas, setelah matahari terbit kami lalu pulang lagi.
“Heh..bocah...suara musikmu menggangu” dengan nada tinggi. Seketika aku
bergegas ambil Hp dalam saku, lalu matikan musiknya. Kulihat sosok
wanita tadi menghilang dan Awan menggerakkan
kepala...krek..krek...krek...bunyi tulang2nya, dia kewalahan berhenti
lalu sambil membungkuk. “Ini tas berat amat...isi singkong, sama
buah-buahan berapa kilo sih?’ tanyanya. Dalam hati..berat bukan karena
isi tasmu, tapi kamu gendong setan tadi. Lalu.....Betapa kagetnya
aku...soksok wanita itu keluar tepat didepan mukaku. “Diammmm kau
BOOOOOCAAAAAHHHH....”.
****
Aku jatuh terpeleset dijalur trek yang miring
itu...terguling jatuh ke bawah lalu tersangkut di bawah pohon. Awan yang
melihatku mau lari turun menolongku tapi tidak jadi (berhenti)...kini
dia melihat sosok wanita itu...lalu diam tak gerak. Sosok wanita
itu...”Kamu bocah....jaga ucapan dan lisanmu”...kudengar suara seorang
kakek dari arah belakang “Pergi kamu...jangan ganggu mereka”...lalu
sosok wanita itu menghilang. Kutoleh kebelakang...bayangan hitam pergi
begitu saja. Awan yang diam melihatku lalu menaruh tasnya dan lari turun
kebawah, untung aku masih di jalur trek pendakian dan tersangkut pohon.
Awan lalu menolongku... “Kamu gapapa Senja? Apa itu tadi?”. “Kita
harusnya matikan musiknya, mengganggu mereka katanya”jawabku. “Duh..iya
matikan saja, ayo berdiri, sini tasmu biar kegendong, kamu bisa jalan?”.
“Iya bisa” jawabku. “Kamu istirahat dulu deh”. Engga usah..jalan lagi
aja, supaya kita lebih cepat sampai. “Beneran gpp?” tanya Awan.
“iyaa...ayo..sini tasku”. “Kamu didepan deh, supaya aku aku bisa ikuti
ritme kamu” kata Awan. Kami lalu melanjutkan perjalanan dan aku didepan,
rasanya pengen berhenti sebenarnya, tapi aku ga mau digangguin lagi di
tempat ini, pengen balik udah tanggung. Kami lalu sampai di Pos 2, kata
Awan...klo mau istirahat, istirahat disini...kalau tetep jalan nanti
istirahat di Pos 4. “Jalan aja deh” kubilang...Kulihat waktu sudah jam 9
malam, kabut tebal muncul perlahan..akuhanya berharap asal jangan hujan
aja.
Sepanjang perjalanan kami kehabisan obrolan, seketika diam tanpa
suara, hanya suara langkah kami saja yang terdengar...angin juga
berhenti. Aku yang didepan hanya mengikuti jalur yang sedikit terlihat
karena kabut. Capek pun aku tahan, laperpun aku tahan, paling sesekali
hanya minum air putih. Aku lalu bilang ke Awan “kita istirahat di Pos 3
aja deh”. Spontan Awan menjawab “Engga..jangan disitu..di Pos 4 aja”.
“Kenapa” tanyaku.
Sebelum berangkat..aku tanya temen, kalau mau naik
Cikuray apa aja pantangannya, dia menjawab...asal jangan Camp di Pos 3
sama Pos 6, aku tanya kenapa dia ga jawab. Katanya lewat aja klo di pos
itu. Aku mendengar hal itu, menjadi was-was lagi didepan nanti karena
kami menuju Pos 3. Kabut tebal pun perlahan menghilang dan mulai sedikit
terlihat bintang-bintang dilangit..meski sesekali tertutup. Sampailah
kami di Pos 3...ini yang dibilang Awan tadi, kulihat areanya malah
tempat yang cocok untuk istirahat, tempatnya datar...ada 1 pondok kecil
untuk berteduh, dan bebatuan untuk duduk. Tapi kami memang untuk jalan
terus, meski aku sudah capek.
Kulihat Awan pindah posisi, dia dengan
cepat menjadi didepan...antah apa yang membuatnya didepan, aku juga
tidak bertanya. Setelah Pos 3, jalur pendakian kemiringannya semakin
menjadi, dengkul ketemu dengkul, dengan tanjakan-tanjakannya yang
lumayan menguras tenaga. Ketika Awan didepan, kulihat di belakang
rimbunnya pohon-pohon ada bola mata yang melihat kami. Lalu bilang ke
Awan, “Awan...jangan lurus, belok kanan kiri deh”. “Kenapa” tanya Awan.
“Belok saja Awan”...Tanpa menyanggah Awan lalu belok ke kiri meski jalur
itu lurus.
Kulihat kedua mata itu masih melihat melotot tanpa ada muka
dan bayangan, aku menundukkan kepala mngikuti Awan dan kembali ke jalur
Trek. Awan lalu jalan cepat kembali, sepertinya dia merasakan hal yang
sama..hanya tidak melihat. Tak terasa sudah jam 11 malam, sudah 5 jam
lebih kami jalan kaki, sedangkan Pos 4 saja belum kami lewati. Lalu kami
dikagetkan suara seperti Auman Harimau dengan suara yang sangat keras,
kami panik...tapi Awan bilang, “Diam Senja...jangan lari...jangan
gerak”...kami diam tak gerak dengan menoleh pun tidak, kami fokus dari
arah suara tadi di depan sebelah kiri.
Awan lalu bicara pelan “Senja,
kalau ini Harimau beneran, dan dia keluar...kamu taruh tasmu lalu kamu
lari duluan kebawah, apapun yang terjadi kamu turun kebawah, jangan
arah kanan atau kiri karena jurang”...disini aku menjadi bingung apa
yang harus dilakukan jika bener-bener ini Harimau keluar. Aku melihat
kedua mata tadi, tapi tidak ada gerakan sama sekali, kami diam sekitar
5menitan, dalam hati..apakah ini Harimau beneran atau Harimau penunggu
sini.... lalu Awan bilang “Kita jalan pelan ke arah atas tapi sedikit
kekanan, jalan pelan saja, jangan lari”.
Awan yang jalan duluan dan aku
mengikutinya dari belakang, pelan-pelan...ritme langkah Awan semakin
cepat ketika kami sudah agak jauh dari suara tadi, Awan lalu menyuruhku
jalan didepan. “Jalan cepat saja, jangan berhenti”...akupun didepan
bergegas sambil sesekali menoleh ke belakang..dengan pikiran was-was
takutnya ada beneran Harimau muncul dari belakang.
Tak sadar..kami
berlari meskipun itu tanjakan, kami lupa dengan lelah kami dan sampai di
Pos 5. Awan menaruh tasnya, dan duduk ditengah jalur pendakian. Aku
juga duduk minum sisa air dalam botol. “Awan kita mau camp disini saja
kah?” tanyaku. “Engga...kita Camp di pos terakhir” sautnya. Padahal aku
tau dia juga kelelahan. Ga pakai lama setelah minum, Awan mengajak jalan
lagi. “Daripada kenapa-kenapa disini, ayo jalan lagi...aku gatau
beneran Harimau atau bukan tadi, kita anggap aja itu Harimau beneran,
kita hindari aja”.
Kami lanjut lagi berjalan di tengah malam, waktu
sudah lewat jam 12 malem..kini kami menuju Pos 6. Terasa dengkul udah
seperti mau lepas, menahan capek. Awan lalu bilang “Ini pelajaran buat
kita...naik gunung atau turun gunung itu jangan di malam hari, masih
ingat waktu kita turun dari Semeru malam itu, kita muter-muter ga jelas
setelah denger bunyi Gamelan, padahal masih di gunung”. “Iya...jangan
lagi deh jalan malam, mendingan star pagi,,jadinya sampainya sore...kita
terlalu memaksa sih” gumamku. “Kan kita ga tau...udah mepet jg waktunya
tadi, kita udah lelah di perjalanan dari rumah 9 jam...gila..kita juga
habis kerja malam, belum tidur..ngantuk banget” jawabnya. Kami lalu
berjalan, dan kami tiba di Pos 6...pos dimana tidak boleh istirahat atau
buka camp.
Tapi kami melihat 1 tenda wana biru di pinggir jalur trek,
dibawah pohon. Awan lalu berjalan pelan, mendekati tenda itu dan
bertanya...”Selamat malam bang....malam bang”....tidak ada satupun yang
menyaut. Kulihat Awan melihat Hpnya...sepertinya dia melihat kembali
Mapsnya. Aku lalu bertanya, “masih jauhkah pos 7?”....Awan “Hmm...masih
jauh...sekitar 1-2km lagi kayanya”....astaga..aku udah capek banget
rasanya. Awan kembali memanggil orang didalam tenda barangkali
menyaut...”Bang...kenalin bang...kami dari Tangerang bang, naik
berdua....Bang...Bang..”. Tapi tidak ada yang menyaut.
Awan menaruh
tasnya..lalu mendekat tenda itu, dia meraba tenda itu meski gelap tanpa
penerang. “Senja...ini tenda beneran, kita buka tenda disini aja ya,
besok sunrise baru kita naik” kata Awan. “Tapi kan disini
Poss....en....” belum selesai aku bicara Awan menyaut “Udah gapapa, ada
temen disini...nih tenda, udah..kamu duduk sini dekat Tenda, aku yang
dirikan Tenda”. Aku lalu duduk di samping tenda itu dan kulihat Awan
mendirikan tenda disampingnya.
Dari tenda sebelah ga ada suara apapaun
yg terdengar, dalam hati ada orangnya atau tidak ini. Karena Awan udah
yakin, aku juga memberanikan diri disini meski ada pesan larangan buka
tenda di Pos 6. Kami lalu masuk tenda, membuat susu panas dan mie rebus
dengan lomboknya, enak banget rasanya. Waktu kulihat udah jam 1 lewat 15
menit, Awan bilang suruh segera Tidur supaya jam 4 atau 5 bisa naik ke
Puncak. Setelah kami rebahan, lalu terdengar suara perempuan dari
luar...”Bang...bang...bisa minta air kah?”.
Awan lalu kembali duduk “Nah
kan ada temen dari tenda sebelah, aku keluar dulu kasih minum ya”...aku
lalu melanjutkan rebahan dan Awan keluar tenda sambil membawa botol air
minum besar. Kudengar obrolan mereka dari dalam. Awan “Ini mbak air
minumnya, mbak dari mana?”...Suara perempuan itu “Saya dari Tangerang
juga bang”...Awan “wah sama donk..namanya siapa?”, perempuan itu “Reni
bang...makasih ya airnya bang”...lalu tak selang beberapa lama...Awan
kembali masuk ke Tenda menyalakan alarm jam 4 lalu dia rebahan dan kami
tidur dengan alas kasur angin.
****
Setelah kami dibangunkan alaram jam 4,
kami lalu siap-siap untuk ke Puncak...bawa bekal sedikit, lalu kami
keluar tenda membawa senter dan kamera. Saat kami keluar, kami
sadar...sudah tidak ada tenda sebelah. Kami sempat bengong...lalu Awan
bilang “Mungkin udah packing..terus ke Puncak duluan kali, ayooo kita ke
puncak”. Emang sama siapa dia semalam?’ tanyaku...”Ga tau juga, dia
terus pergi masuk tenda lagi”. Kami lalu start ke puncak, perjalanan
dari Pos 6 ke Pos 7 malah sedikit lebih landai dibanding dari 1-6, lalu
kami menemui beberapa tenda di Pos 7. Alhamdulillah banyak temen, lalu
aku nyeplos...tau gitu kita semalam lanjut aja ya disini...ga terlalu
jauh juga. “Ya kan kita udah capek banget, masa mau maksain juga, kita
juga belum pernah kesini, hanya ngandelin Maps doang” sahut Awan.
Setelah hampir melewati beberapa tenda tadi, kami lihat kerumunan orang
di salah satu tenda dengan suara seperti seorang perempuan lagi
marah-marah. Lalu Awan bertanya ke orang yang ada disekitar tenda itu
“Kenapa bang?”...Jawab orang itu “Gatau mas...kena Hypo atau kerasukan,
tapi dia ngoceh2 pake bahasa sunda yang kita juga ga ngerti..padahal dia
bukan orang sunda, kena Hypo juga bisa gitu sih ciri-cirinya, tapi dia
bukan orang sunda..tersu ngoceh-ngoceh pake bahasa sunda, nagkungaku
Eyang siapa gitu”.
Awan “Wah...terus gmn bang? Udah coba penanganan
orang kena Hypo belum?” Orang itu “Udah..udah...udah diganti pakaiannya,
dipakein baju hangat, dalem tenda udah dinyalakan kompor sambil rebus
air, supaya asep rebusan air hangatin tendanya, tapi ya gitu...masih aja
ngoceh-ngoceh, ga ngerti ngomong apa, mungkin orang sunda yang tau”.
Awan “Tapi dia seperti sadar gitu bang?”... Orang itu
“Iya...kelihatannya gitu, makanya kita jagain supaya ga lari atau apa
gitu”. Awan “Owh gitu, moga baik-baik aja bang”. Orang itu “Mau Muncak,
silahkan...dilanjutkan”. Kami lalu melanjutkan perjalanan dari Pos 7 ke
Puncak Cikuray, tidak terlalu jauh...lalu kami menikmati matahari terbit
yang suuuupeeeer indah...bareng Awan...melihat pesona diatas
awan....akhirnya, lelah kami terbayar. Setelah Awan ambil Foto dan
Video, Awan sempat berkeliling puncak, seperti mencari sesuatu..lalu aku
tanya “Cari apa?” tanyaku. Aku cari cewek semalam yang dari Tangerang,
barangkali ketemua, tapi ga ada...apa dia turun ya? Jawab Awan. Setelah
jam 7, kami lalu kembali turun ke Pos 6 tempat tenda kami.
Sesampainya
di Pos 6, tenda kami berantakan ga karuan....robek kanan
kiri...sepertinya habis diamuk Babi Hutan...beghhh. Kami lalu merapikan
kembali sekalian packing jadinya dan jam 10 pagi, kami turun ke Pos 1
yang memakan waktu 2,5 jam, gila...naik hampir 7 jam turun 2
jam...Ketika sampai dibawah, kami ketemu dengan Bapak penjaga Pos dan
laporan serta bertanya “Pak...semalam atau tadi pagi ada cewek atau
pendaki lain turun?” tanya Awan.
Bapak itu “tidak ada...selama bapak
jaga ga ada yang turun, kenapa emangnya mas?”. “Enggapa pak...cuma
semalam saya nenda di Pos 6 dan ada satu tenda, lalu ada cewek minta air
minum ke tenda kami tengah malam, ya saya kasih..saya tanya namanya
Reni dari Tangerang...pas bangun...tendanya sudah ga ada, saya cari pas
di puncak juga ga ada” jawab Awan. Bapak itu “Siapa namanya?”. Awan
“Reni pak” jawab Awan. “Owh...mungkin dia tinggal disitu mas, gpp” jawab
bapak itu. “Maksutnya pak?” tanya Awan. “Beberapa tahun lalu ada
pendaki asal Tangerang yang hilang di Pos 6, sampai sekarang belum
ketemu mas” jawab bapak itu.
Seketika kami syok...lalu berdoa untuk Reni
dan semua orang yang meninggal digunung. Amiiinn...